Bhagawad Gita Bab 18

Gita bab 5

Bhagawad Gita Bab 18 – Percakapan Kedelapanbelas

Kebebasan Mutlak Mengakhiri Perpisahan Menuju Pertemuan Agung – Gita Bab 18

Bhagawad Gita Bab 18

Gita Bab 18: Moksa Samnyasa Yoga, Kesempurnaan pelepasan ikatan, merupakan kesimpulan dari semua ajaran yang menjadi inti tujuan agama yang tertinggi. Dalam bab ini Krishna menjelaskan arti dari pelepasan ikatan dan efek dari sifat-sifat alam terhadap kesadaran dan kegiatan manusia. Krishna menjelaskan keinsafan Brahman, kemuliaan Bhagawadgita, dan kesimpulan Bhagavad-gita; jalan kerohanian tertinggi berarti menyerahkan diri sepenuhnya tanpa syarat dalam cinta-bhakti kepada Tuhan. Jalan ini membebaskan seseorang dari segala dosa, membawa dirinya sampai pembebasan sepenuhnya dari kebodohan dan memungkinkan ia kembali ke tempat tinggal Jiwa Agung yang kekal.

Bab 18: sloka: 1 – 5

18:1

arjuna uvāca sanyāsasya mahā-bāho tattvam icchāmi veditum

tyāgasya ca hṛṣīkeśa pthak keśī-niūdana

Arjuna bertanya:

”Wahai Kṛṣṇa, aku ingin tahu kebenaran tentang sanyās, dan tyāga; dan perbedaan di antaranya.”

18:2

śrī-bhagavān uvāca kāmyānā karmaā nyāsa sanyāsa kavayo vidu

sarva-karma-phala-tyāga prāhus tyāga vicakaā

Śrī Bhagavān (Kṛṣṇa Hyang Maha Berkah) bersabda:

“Para Resi menjelaskan sanyās sebagai pelepasan diri dari segala perbuatan yang termotivasi oleh keinginan untuk meraih imbalan, memperoleh sesuatu; dan, tyāga, sebagaimana dijelaskan oleh para bijak, adalah menyerahkan, melepaskan segala pahala, seluruh hasil dari setiap perbuatan.”

18:3

tyājya doa-vad ity eke karma prāhur manīia
yajña-dāna-tapa-karma na tyājyam iti cāpare

“Sebagian bijak mengatakan bahwa tiada satu pun perbuatan yang sempurna, ada saja titik-titik ketidaksempurnaan (noda kejahatan dan dosa-kekhilafan) di balik setiap perbuatan. Oleh karenanya, pelepasan sempurna adalah bebas dari segala perbuatan. Namun, ada juga yang menyatakan bahwa persembahan, berderma, dan laku spiritual tidak mesti dilepaskan.”

18:4

niścaya śṛṇu me tatra tyāge bharata-sattama
tyāgo hi purua-vyāghra tri-vidha samprakīrtita

“Wahai Arjuna, sekarang dengarlah terlebih dahulu pendapat-Ku tentangsanyās dan tyāga; Arjuna, adalah 3 macam pelepasan, SāttvikaRājasika, dan Tāmasika.”

18:5

yajña-dāna-tapa-karma na tyājya kāryam eva tat
yajño dāna tapaś caiva pāvanāni manīiām

“Perbuatan seperti yajña, persembahan; dāna, berderma; tapas, tapa-brata atau laku spiritual – adalah lazim untuk dilakukan (tidak dilepaskan). Karena, semua itu menyucikan diri para pelakunya yang bijak.”

Bab 18: sloka: 6 – 10

18:6

etāny api tu karmāi saga tyaktvā phalāni ca
kartavyānīti me pārtha niścita matam uttamam

“Sebab itu, persembahan, berderma, tapa-brata dan kewajiban-kewajiban lain mesti dilaksanakan tanpa keterikatan dan harapan untuk meraih suatu hasil; demikian keyakinan Ku, wahai Arjuna.”

18:7

niyatasya tu sanyāsa karmao nopapadyate
mohāt tasya parityāgas tāmasa parikīrtita

“Kewajiban bukanlah untuk diabaikan. Mengabaikannya karena kebingungan yang disebabkan oleh keterikatan ilusif, adalah pelepasan bodoh dan bersifat Tāmasika.”

18:8

dukham ity eva yat karma kāya-kleśa-bhayāt tyajet
sa ktvā rājasa tyāga naiva tyāga-phala labhet

“Melepaskan suatu pekerjaan karena dianggapnya sulit; melelahkan fisik atau membebani mental dan emosional, maka pelepasan seperti itu bersifat Rājasika dan tidak berguna.”

18:9

kāryam ity eva yat karma niyata kriyate’rjuna
saga tyaktvā phala caiva sa tyāga sāttviko mata

“Karya luhur yang dilaksanakan demi keluhuran karya itu sendiri; dengan melepaskan keterikatan pada hasilnya, disebut pelepasan atau Tyāgabersifat Sāttvika.”

18:10

na dveṣṭy akuśala karma kuśale nānuajjate
tyāgī sattva-samāviṣṭo medhāvī chinna-saśaya

“Ia yang tidak membenci pekerjaan yang tidak menyenangkan; dan, tidak terikat dengan yang menyenangkan, sungguh telah bebas dari segala keraguan. Ialah seorang bijak yang betul-betul melakoni pelepasan diri.”

Bab 18: sloka: 11 – 15

18:11

na hi deha-bhtā śakya tyaktu karmāy aśeata
yas tu karma-phala-tyāgī sa tyāgīty abhidhīyate

“Selama masih memiliki badan, seseorang tidak bisa lepas dari karmaatau perbuatan; seorang Tyāgī atau Pelepas Sejati melepaskan segala harapan dari hasil perbuatannya.”

18:12

aniṣṭam iṣṭa miśra ca tri-vidha karmaa phalam
bhavaty atyāginā pretya na tu sanyāsinā kvacit

“Bagi mereka yang masih terikat (dengan hasil), adalah tiga macam hasil perbuatan yang diperolehnya setelah kematian, yakni; yang menyenangkan, yang tidak menyenangkan, dan gabungan dari keduanya (antara yang menyenangkan dan tidak menyenangkan). Namun, bagi seorang sanyāsī (yang tidak terikat dengan hasil perbuatannya), yang demikian itu tidak ada.”

18:13

pañcaitāni mahā-bāho kāraāni nibodha me
khye ktānte proktāni siddhaye sarva-karmaām

“Wahai Arjuna, dengarlah dari-Ku, 5 faktor penyebab karma atau perbuatan, sebagaimana dijelaskan dalam ajaran khya.”

18:14

adhiṣṭhāna tathā kartā karaa ca pthag-vidham
vividhāś ca pthak ceṣṭā daiva caivātra pañcamam

“Berikut ini adalah 5 faktor atau unsur tersebut: Tempat Hunian Jiwa atau Badan; Penyebab segala Perbuatan atau Gugusan Pikiran serta Perasaan; Pancaindra (Mata, Telinga, Hidung, Mulut, dan Kulit); Pancaindra Persepsi (Penglihatan, Pendengaran, Penciuman, Pencecapan, dan Perabaan); dan, yang kelima adalah Takdir, atau Hasil dari Karma yang Terakumulasi.”

18:15

śarīra-vā-manobhir yat karma prārabhate nara
nyāyya vā viparīta vā pañcaite tasya hetava

“Kelima faktor inilah yang menyebabkan segala macam perbuatan, menggerakkan gugusan pikiran serta perasaan, termasuk pengucapan; baik yang tepat, maupun yang tidak tepat.”

Bab 18: sloka: 16 – 20

18:16

tatraiva sati kartāram ātmāna kevala tu ya
paśyaty akta-buddhitvān na sa paśyati durmati

“Mereka yang tidak memahami hal ini (tentang lima unsur penyebabkarma); menganggap Jiwa sebagai pelaku. Pandangan mereka tidak tepat, karena pemahaman yang tidak tepat pula.”

18:17

yasya nāhakto bhāvo buddhir yasya na lipyate
hatvāpi sa imāl lokān na hanti na nibadhyate

“Ia yang pikirannya telah terbebaskan dari anggapan keliru bila dirinya adalah pelaku; dan, inteligensianya tidak tercemar oleh kebendaan – sesungguhnya tidak membunuh ketika membinasakan orang-orang ini (yang bertindak tidak selaras dengan hukum-hukum alam); pun tiada (akibat karma) yang mengikat dirinya.”

18:18

jñāna jñeya parijñātā tri-vidhā karma-codanā
karaa karma karteti tri-vidha karma-sagraha

“Adalah Tiga hal yang memicu terjadinya suatu karma atau perbuatan yaitu; Pengetahuan, Tujuan Mengetahui, dan Ia yang (ingin) Tahu. Pun demikian, adalah Tiga hal yang melandasi setiap karma atau perbuatan; Alat atau Anggota Badan yang bertindak, Tindakan itu sendiri, dan Yang Menyebabkan Terjadinya Tindakan atau Pelaku.”

18:19

jñāna karma ca kartā ca tridhaiva gua-bhedata
procyate gua-sakhyāne yathāvac chṛṇu tāny api

“Ajaran khya tentang gua atau sifat-sifat alami, menjelaskan adanya pembagian Pengetahuan, Perbuatan, dan Pelaku dalam 3 kelompok berdasarkan sifat yang lebih dominan. Dengarlah hal ini…”

18:20

sarva-bhūteu yenaika bhāvam avyayam īkate
avibhakta vibhakteu taj jñāna viddhi sāttvikam

“Pengetahuan yang membuat seseorang melihat Sang Jiwa Agung yang Tak Termusnahkan dan Tak Terbagi dalam diri setiap makhluk tanpa kecuali – adalah Pengetahuan Sāttvika.”

Bab 18: sloka: 21 – 25

18:21

pthaktvena tu yaj jñāna nānā-bhāvān pthag-vidhān
vetti sarveu bhūteu taj jñāna viddhi rājasam

“Pengetahuan yang membuat seseorang melihat perpisahan antara satu makhluk dengan yang lain; seolah setiap makhluk berada sendiri-sendiri – adalah Pengetahuan Rājasika.”

18:22

yat tu ktsna-vad ekasmin kārye saktam ahaitukam
atattvārtha-vad alpa ca tat tāmasam udāhtam

“Pengetahuan yang mengelu-elukan sesuatu tanpa pertimbangan yang masuk akal; menganggapnya sebagai pengetahuan yang paling benar, dan menciptakan keterikatan padanya, adalah Pengetahuan Picik, dan disebutTāmasika.”

18:23

niyata saga-rahitam arāga-dveata ktam
aphala-prepsunā karma yat tat sāttvikam ucyate

“Suatu perbuatan yang selaras dengan nilai-nilai luhur; dan dilakukan tanpa keangkuhan, tanpa ke-“aku”-an;  tanpa mengharapkan imbalan; tanpa keberpihakan, dan tanpa pilih kasih – adalah Perbuatan Sāttvika.”

18:24

yat tu kāmepsunā karma sāhakārea vā puna
kriyate bahulāyāsa tad rājasam udāhtam

“Sementara itu, perbuatan yang dilakukan dengan memaksa diri demi kenikmatan indra, dan untuk kepuasan ego semata – adalah PerbuatanRājasika.”

18:25

anubandha kaya hisām anapekya ca pauruam
mohād ārabhyate karma yat tat tāmasam ucyate

“Perbuatan yang dilandasi kebodohan, tanpa memikirkan dampaknya terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain –  menyakiti diri dan orang lain; merugikan perkembangan Jiwa; dan, mengikatnya dengan dunia benda adalah Perbuatan Tāmasika.”

Selanjutnya Gita Bab 18: sloka: 26 – 55