Share this post on:

Moksha: Konsep pembebasan dari kesengsaraan

Konsep Moksha – Dalam agama Hindu Moksha juga disebut mukti berarti pembebasan/pelepasan, kebebasan dari samsara atau siklus kematian dan kelahiran kembali. Konsep moksha dalam Hindu adalah kebebasan/pelepasan dari ketidaktahuan dan kesengsaraan, penyatuan/penyerahan diri kepada Tuhan dan pengetahuan diri. Dalam tradisi Hindu, moksha adalah konsep sentral dan tujuan terbaik untuk dicapai selama hidup.

Konsep Moksha dan samsara

Konsep Moksha adalah konsep yang terkait dengan samsara (siklus kelahiran-kelahiran kembali). Kehidupan manusia tidak lepas dari ikatan proses kelahiran kembali yang berulang. Kelahiran/kehidupan yang berulang dianggap sebagai siklus penderitaan dan penyatuan diri dengan Brahman/Tuhan (Moksha) adalah tujuan utama setiap kehidupan. Tidak seperti keyakinan agama lainnya, dalam Hindu tujuan akhir manusia bukanlah surga ataupun neraka, melainkan penyatuan diri dengan Brahman/Tuhan, hal ini dimaknai sebagai telah terbebas dari siklus kelahiran kembali (Samsara).

Dengan dibebaskan dari siklus Samsara maka, penderitaan yang terlibat dalam siklus tersebut juga berakhir, pelepasan ini disebut Moksha. Para Brahmana kuno mengamati bahwa orang berbeda dalam kualitas kehidupan, berbudi luhur atau dosa yang mereka jalani, dan mulai mempertanyakan bagaimana perbedaan dalam punia setiap orang (pahala, perbuatan baik) atau papa (kejahatan, dosa) manusia mempengaruhi kehidupan akhirat mereka.

Pertanyaan ini mengarah pada konsepsi tentang kehidupan setelah kematian di mana orang itu tinggal setelah kematian (di surga atau neraka), sesuai dengan perbuatan-perbuatan mereka, kemudian kembali ke bumi dan dilahirkan kembali, siklus terus berlanjut tanpa batas. Gagasan kelahiran kembali akhirnya berkembang menjadi gagasan samsara – di mana neraca karma seseorang menentukan kelahiran kembali seseorang.

Bersamaan dengan gagasan samsara ini, para brahmana kuno memperkenalkan konsep moksha, sebagai keadaan yang membebaskan seseorang dari siklus samsara. Pelepasan dari siklus Samsara (Moksha) berdasarkan literatur kuno Hindu, dapat dicapai melalui pengetahuan diri dan kesadaran akan kesatuan jiwa tertinggi.

Konsep Moksa dalam Panca Sraddha

Hindu menggabungkan Moksha sebagai satu dari lima ajaran tattwa (Panca Sraddha) yaitu;

  • Brahman – percaya kepada tuhan yang maha esa.
  • Atma – percaya bahwa dalam diri setiap mahluk hidup ada jiwa/atma yang bersumber dari Brahman.
  • Karma – tindakan dan timbal balik, kausalitas. Karma seseorang akan mengikat jiwa/atma pada siklus kelahiran kembali atau sebaliknya membebaskannya dari siklus tersebut.
  • Samsara – percaya dengan siklus kelahiran kembali atau reinkarnasi.
  • Moksha – pembebasan dari siklus kelahiran kembali (Samsara) dan penyatuan diri dengan Yang Maha Kuasa.

Umat ​​Hindu percaya pada siklus kematian dan kelahiran kembali yang dikenal sebagai samsara, di mana inkarnasi berikutnya bergantung pada karma, atau tindakan di kehidupan sebelumnya. Moksha menandai akhir dari siklus ini, di mana seseorang mengatasi semua ketidaktahuan dan keinginan dari keberadaan duniawi untuk mencapai kebebasan dan kebahagiaan tertinggi. Di beberapa aliran Hindu, moksha memiliki konotasi realisasi diri dan pembebasan dalam kehidupan.

Konsep Moksha dalam Catur Purusartha

Moksha merupakan filsafat Hindu, secara umum yang terdiri dari salah satu dari empat tujuan kehidupan manusia yang dikenal sebagai Catur Purusartha. Catur purusartha meliputi:

Dharma – menjalani kehidupan dengan kebajikan dan moral yang baik.
Artha – mencapai sarana untuk kekayaan, keamanan dan kemakmuran
Kama – menghargai kesenangan inderawi, kenikmatan dan cinta.
Moksha – pelepasan ikatan terhadap sifat-sifat keduniawian.

Hindu meyakini bahwa perjalanan hidup manusia sebagai individu yang bergerak, terlebih dulu akan menjalani tiga tujuan utama purusartha (Dharma, artha, kama), kemudian perlahan-lahan mulai melepaskan keterikatan pada harta dan keinginan duniawi sampai mampu mencapai Moksha.

Konsep Moksha

Konsep Moksha dalam Bhagawad Gita

Uasan tentang cara mencapai tujuan-tujuan hidup dan konsep moksa, yang memunculkan konsep tindakan yang didorong oleh perilaku atau perbuatan (Dharma) yang dikenal sebagai Nishkam Karma. Hal Ini merupakan pesan utama Bhagavad Gita, di mana keseimbangan antara tindakan dan penolakan dapat ditemukan sebagai sarana untuk mencapai kebebasan tertinggi.

BG – 18:65


man-manā bhava mad-bhakto mad-yājī māṁ namaskuru
mām evaiṣyasi satyaṁ te pratijāne priyo’si me

“Pusatkanlah segenap pikiran serta perasaanmu pada-Ku; berbaktilah pada-Ku dengan menundukkan kepala-egomu. Demikian, niscayalah engkau mencapai-Ku. Aku berjanji padamu, karena kau sungguh sangat Ku-sayangi.”

Sri Krishna mengulangi ciri-ciri yang menonjol dari filosofi Gita untuk kepentingan Arjuna dan melalui dia kita semua bisa mengetahuinya.

Tuhan menetapkan empat syarat untuk keberhasilan seorang mencari pencerahan. Untuk menghindari siapa pun menganggap remeh perkataan-Nya, Ia menambahkan bahwa ini adalah janji-Nya yang sejati dan secara khusus menyampaikan rahasia ini kepada Arjuna karena ia sayang kepada-Nya dan Tuhan mencintainya.

Syarat-syarat tersebut meliputi:
• Tancapkan pikiran pada Tuhan, senantiasa mengingat-Nya.
• Menganggap Dia sebagai satu-satunya perlindungan.
• Senantiasa dengan setia mengidentifikasi diri dengan-Nya melalui proses melakukan aktivitas tanpa pamrih dan
• Berbakti kepada-Nya dalam sikap hormat dan pengorbanan.

BG – 18:66

sarva-dharmān parityajya mām eka śaraa vraja
aha tvām sarva-pāpebhyo mokyayiyāmi mā śuca

Meninggalkan semua Dharma (menyerahkan segala kewajiban pada Hyang Bersemayam dalam diri setiap makhluk meliputi tubuh, pikiran dan intelek), berlindunglah pada-Ku saja; Aku akan membebaskanmu dari segala dosa, jangan bersedih hati.

Ini adalah sloka yang paling mulia dari semua ayat dalam Gita yang memiliki makna yang brilian dan juga yang paling kontroversial. Para filsuf, penerjemah, peninjau, kritik dan komentator telah mengajukan beberapa tafsir dari ayat ini yang masing-masing mempertahankan sudut pandang mereka sendiri.

Dalam Ayat ini, Tuhan ingin kita menyelesaikan tiga penyesuaian berbeda dalam kepribadian batin kita. Penyesuaian itu adalah: (1) Meninggalkan semua Dharma melalui meditasi; (2) menyerah pada perlindungan-Ku saja; dan saat dalam keadaan meditasi, (3) hentikan semua kekhawatiran. Dan sebagai pahala Dia berjanji: “Aku akan membebaskan kamu dari segala ikatan dosa”. Terbebas dari segala dosa adalah syarat mutlak untuk bisa mencapai-Nya dan memutus rantai samsara (kelahiran kembali). Ini adalah janji yang diberikan tuhan kepada seluruh umat manusia.

Konsep Moksha dalam Yoga Sutra

Delapan Bagian Yoga yang diuraikan oleh Patanjali dalam Yoga Sutrasnya dapat diartikan sebagai langkah-langkah untuk mencapai moksa. Dalam yoga, ada beberapa cara untuk mencapai kebebasan ini; Jnana, Bhakti, Karma dan Raja.

Sumber: Bhagawad Gita 18 yogapedia.comesamskriti.com

Share this post on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *